Oleh: Afriantoni
Revolusi memberi makna tersendiri untuk menumbuhkan kesadaran peran serta madrasah dalam pembangunan bangsa. Sejarah panjang bangsa ini tidak terlepas dari umat Islam. Keberadaan umat Islam ini teratas dalam pembangunan bangsa termasuk bidang pendidikan. Peran serta masyarakat jelas ikut serta dalam pendidikan terutama pesantren dan madrasah. Tetapi, hari ini madrasah masih marginal. Bukan hanya kualitas guru, tetapi juga kualitas fasilitas madrasah. Sehingga masih dalam tanda tanya untuk prospeknya. Dalam kerangka ini, maka madrasah sebagai komponen penting dalam sistem pendidikan nasional.
Peranan madrasah dalam sejarah, tinjauan historis dan sosiologis membincangkan guru yang senyatanya guru semakin lebih baik lagi, tetapi masih banyak belenggu yang mengitari guru. Perubahan dalam pembelajaran tak lepas dari peran guru. Reformasi guru menjadi agenda serius negara-negara yang hendak mendongkrak mutu dan daya saing pendidikannya. Banyak negara yang membuktikan keberhasilannya.
Kesadaran untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualitas guru sebenarnya juga menjadi kebijakan pemerintah. Guru di Indonesia menghadapi beragam persoalan, seperti mutu rendah, distribusi tidak merata, ketidaksesuaian bidang ilmu dengan tugas mengajar, dan kesejahteraan sebagian besar guru yang masih minim. Persoalan ini tak lepas sebagai dampak dari perekrutan, pendidikan, penempatan, penghargaan, hingga pembinaan yang tak serius dilakuan pemerintah pusat dan daerah.
Fakta menunjukkan kesenjangan kualitas antara sekolah dan madrasah. Pertama, pembatasan tugas mengajar bagi guru. Mereka sebaiknya belajar lebih banyak dan lebih mendalam, termasuk dalam proses pembelajaran. Dengan begitu, guru tidak hanya kian berilmu, tapi juga dapat semakin efektif dalam proses pembelajaran.
Kedua, transformasi organisasi guru untuk dapat lebih efektif memperjuangkan peningkatan penghargaan pada profesi guru. Asosiasi guru juga mesti meningkatkan perannya dalam peningkatan kondisi ekonomi dan kesejahteraan, sekaligus juga sebagai fokus peningkatan keilmuan dan profesionalitas para anggotanya.
Ketiga, peningkatan penguasaan teknologi oleh para guru dalam rangka meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dengan memanfaatkan dunia maya melalui e-learning, misalnya, para peserta didik dapat memperkaya pengetahuan dan sekaligus memecahkan berbagai hal yang mereka hadapi.
Keempat, pemberdayaan peran guru sebagai dinamo perubahan. Mereka tidak hanya merupakan guru profesional, tetapi juga intelektual yang menunjukkan jalan ke arah kemajuan peserta didik dan masyarakat. Munculnya regulasi mengenai SPM (termasuk SPM Pendidikan, SPM Kesehatan dll). SPM Dikdas salah satu upaya untuk mengatasi kesenjangan layanan pendidikan di tanah air. Adanya performa madrasah yang menonjol dalam pemenuhan SPM Dikdas, contoh: Gresik.
Keempat alasan ini tidak mudah diwujudkan, apalagi di tengah birokratisasi pendidikan yang terus berlangsung. Namun, sesulit apa pun keadaan, mereka yang cinta pada pendidikan Indonesia tidak boleh pernah menyerah.(*)