SOSOK PENYAYANG ANAK CUCU: Rengkuhan dan mata berbinarnya saat menatap Faiz salah satu cucunya yang dia asuh kala itu. Tenanglah engkau wahai almarhum di alam barzakh dan tercurah rahman rahim Allah,
TABLOID-DESA.COM, OGAN ILIR—Sesuai dengan janji dan firman Allah SWT dalam AlQuran setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mengalami mati. Kematian menjadi wasilah bagi hamba untuk bertemu dengan Illahi Rabbi sebagai penciptaNya. Itulah yang dialami oleh makhluk mulia bernama H Muzakir bin H Yaasin , pada Selasa (20/8/2024) dengan penuh ketenangan jiwa dan ruh yang damai dia menghadap Allah didampingi putra-putri dan semua kerabatnya di sebuah di Rumah Sakit Bunda Jakabaring Palembang.
Tak pelak kabar duka itu menyeruak ke handai taulan, para sahabat anak-anak dan cucunya dengan cepat hadir melayat. Sehingga dengan cepat pula persiapan pemakaman bakda asyar hari itu juga dilakukan di pemakaman keluarga tak jauh dari kediaman almarhum di Desa Lorok Kecamatan Indralaya Utara Ogan Ilir Sumsel.
PROSESI PEMAKAMAN: Dengan diantar anak-cucu sahabat, dan saudara-saudara serta penghadir lainnya prosesi pemakaman dilakukan. Amir Hamzah saat itu yang memandu dan Ustadz Sunoto yang memimpin doa.
Dengan dipandu oleh Amir Hamzah salah seorang menantu almarhum yang juga pengurus BAZNAS Kabupaten OI penyelenggaraan pemakaman jenazah dilakukan. Mulai dari memandikan, menshalatkan, hingga ke pemakaman.
Amir yang dikenal sebagai dai ini mengucapkan terima kehadiran bapak-ibu semua. Memohon dimaafkan salah dan khilaf almarhum saat menjalani kehidupan.
“Banyak lokasi telah diinjak, banyak orang telah ditemui, banyak tutur kata dalam interaksi sehari-hari untuk itu ketika ada salah dan khilaf almarhum mohon dimaafkan,” ujarnya haru.
H Muzakir pria kelahiran di Desa Biaro Lama (kini masuk wilayah Muratara) tanggal 08-12-1942 ini termasuk bapak pejuang yang sangat gigih bagi anak-anak dan cucunya. Sosok yang selalu penuh motivasi untuk menyemangati anak cucunya gigih menempuh pendidikan, mengutamakan ilmu dan pengamalan agama di atas segalanya.
“Sulit kami untuk melupakan sedikitpun atas keteladanan yang beliau berikan. Yang paling berkesan adalah kegigigihan beliau untuk mencari rizki halal dan berkah bagi anak cucunya,” tutur Mursidati, SPd putri kelima dari tujuh bersaudara dengan mata sembab dibalut kesedihan mendalam.
Menurut ibu yang juga Kepala SDN 7 Indralaya utara di Desa Parit ini almarhum didampingi istri tercinta Hajah Siti Aisyah bin Usman, dari pernikahan itu dikaruniai putra putri yakni Yusuf Affan, S. Sos (Alm), Junaidah, S.Pd.I (Guru PAI SDN 07 Indralaya Utara),Nurmidah Asmi, S. Pd.I ( Kepala SMP Muhammadiyah 10 Ogan Ilir), Umi Kalsum, Mursidati, S.Pd, Abdurrahman Sihab, S.Ag., M.Si ( Kepala KUA Kecamatan Sungai Rotan Muaraenim) dan Ira Asmawati, SP.
IKUT BERDOA: Pemimpin Redaksi Tabloid Desa.com Sarono P Sasmito yang juga sabahat anak dan menantu almarhum di kepengurusan Muhammadiyah hadir mendoakan almarhum.
Bagi penulis sendiri sangat tak asing dengan sosok almarhum, puluhan tahun silam dengan kamera Kodak pria paruh baya ini sering ditemui hilir mudik berkeliling bersepeda menyambangi berbagai lokasi di desa-desa di Ogan Ilir. Sebagai fotografer amatir yang professional hasil jepretannya terbilang bagus karena didasari ilmu fotografi yang dimilikinya. Selain itu pembawaan yang suka humor membuat mudah akrab dan disukai siapapun lawan bicaranya. Berjibaku dan mandi keringat diterpa panas matahari dari memotret momen, pose pribadi hingga di taman-taman RM Pagi Sore Indralaya Utara itu, almarhum mengais rezeki halal menafkahi putra putrinya yang kini sukses dan pendidikan dan kariernya masing-masing.
“Cucu-cucunya juga sangat kehilangan, Mas. Kalu lagi kumpul bak bilang ambek-ambek sen nenek banyak,” ujar Mursidati menirukan bahasa almarhum yang berarti ambil-ambil duit nenek banyak, kenang Mursidati mengharu biru kenangan itu.
Sosok Muzakir memang generasi yang lahir sebelum kemerdekaan diterpa berbagai perubahan zaman sungguh perjalanan panjang telah dia lalui hingga usia 81 tahun. Meski demikian dari rumah sederhana yang sederhana di Desa Lorok almarhum dan istri bisa mendidik dan mengantar putra-putrinya ke jenjang sukses masing-masing.
SAAT JELANG ANTARKAN JENAZAH: Tampak penghadir beberapa camat dan KUA dari Muaraenim ikut mengantarkan jenazah.
Menurut Mursidati mereka mulai menetap di Desa Lorok sejak tahun 1973. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya pernah tinggal di Palembang, Desa Biaro Muratara, dan Jambu Ilir Tanjung Lubuk OKI. Berbagai lokasi yang pernah didiami dan berinteraksi dengan banyak suku itulah yang membuatnya memiliki kekayaan jiwa luar biasa. Bahkan saking banyaknya orang-orang yang suka dan saling memotivasi, Kepala Dinas PU Kabupaten OI juga menjadikan almarhum sebagai Bapak Angkat kesayangannya.
Hal yang juga menjadi motivasi dan keteladanan almarhum adalah ketekunannya dalam beribadah. Bahkan beberapa hari kemarin sebelum harus berbaring karena keluhan sakitnya dia sangat rajin mandi dan terus shalat dan shalat.
“Itu ada tamu yang mau masuk. Persilahkanlah. Bak pengen jamu dan ngobrol dengan dia,” begitu ucapnya yang kemungkinan sebagai perlambang bahwa para malaikat sudah pada mendekat.
Mursidati mengaku nyaris tiap hari menunggui Ubak, kata panggilan akrab bagi dia saat memanggil ayahnya. Kemarin juga sempat belikan buah anggur hijau. Ternyata itu buah terakhir yang bisa ia persembahkan untuk orangtua yang sangat dia hormati,” tambahnya sembari menyeka buliran air mata.
“Belum puas, Mas rasanya mengurus Ubak. Tapi Allah memiliki kehendak dan telah rindu untuk berjumpa dengan hambaNya yang saleh itu,” ujarnya terbata-bata.
BERSEMAYAM DI ALAM BARZAKH: Wahai jiwa yang tenang engkau memperoleh ridho Allah SWT TuhanMu dan engkaupun ridho padaNya.
Kini almarhum telah tenang di alam barzakh. Alam di mana almarhum sudah diperlihatkan surga janatun naim yang nanti akan ditempatinya. Beberapa pentakziah yang penulis temui seperti Ustadz Sunoto yang memimpin doa saat pemakaman, mengaku sangat kehilangan almarhum. Keteladanan almarhum inilah yang layak kita warisi dan laksanakan.
“Moga kita semua tetap bisa menjalin ukhuwah islamiyah dengan baik, sembari mempersiapkan diri pasti suatu saat kita juga akan dipanggil menghadap illahi Rabbi. Moga kita husnul khotimah,” gumam penulis mengenang sosok almarhum.
Bahagialah engkau pemilik jiwa yang tenang. Allah ridho kepadamu dan kamupun ridho kepada Allah. Itulah kebahagiaan hakiki yang layak kita perjuangkan untuk dicapai.
Foto: Dokumen Keluarga almarhum H Muzakir
Teks/Editor: Sarono P Sasmito