SESEPUH: Bukti cinta kasih sayang kepada anak cucu dan cicit para sesepuh Desa Bejiarum Kertek Wonosobo Jawa Tengah ini terus ajeg momong atau mengasuh keturunannya untuk tetap memegang pauger atau tata krama dan syariat Islam dalam menjalani kehidupan mereka.
TABLOID-DESA.COM, BEJIARUM KERTEK WONOSOBO—Luar biasa. Momen Idul Fitri 1445 Hijrah selain sebagai wujud syukur dan kegembiraan bagi umat Islam sedunia setelah menunaikan ibadah puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Hari raya itu juga biasanya dilanjutkan dengan acara halal bihalal. Perhelatan seperti itulah yang digelar Warga Desa Bejiaŕum Ķertek Wonosobo Provinsi Jawa Tengah, Sabtu (13/4/2024).
Jamilah binti Aliasmi salah seorang keturunan asal Desa Kertek melaporkan, kegiatan halal bihalal tersebut tidak hanya di peruntukan bagi ummat Islam. Tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan maaf memaafkan antar pemeluk agama lain yang ikut hadir. Memang seyogyanya silaturahmi dan maaf memaafkan dapat dilakukan di mana saja dan kapan pun, akań tetapi Halal bihalal telah menjâdi tradisi setelah Ramadhan saling maaf memàafkan merupaķan suatu kebiasaan yang baik yang harus dilestarikan.
KHIDMAT: Hadirin menyimak acara demi acara dengan khidmat.
Acara yang dihadiri ratusan peserta tersebut dimulai pukul 9 00 WIB dengan pemandu acara Yuniarti. Kemudian doa yang dikhalifahi oleh Ustad Arisman. Mereka yang beragama lain dipersilahkan berdoa sesuai kepercayaan masing-masing. Suasana menjadi hening dan hikmat dengan menundukkan kepala. Bersamaan dengan doa tersebut pada pungkasannya dijelaskan bahwa silaturahmi memiliki nilai pahala yang besar akan dapat memanjangkan umur serta dimudahkan rizqinya seraya mengucapkan Aamin yarobbal alamin.
Acara dilanjutkan dengan penyampaian silsilah dari Bejiarum keturunan almarhum Sahri disampaikan oleh putra keempat almarhum Sahri yakni Aliasmi. Tokoh masyarakat ini mengemukakan jumlah keturunan almarhum Sahri saat ini mencapai 178 jiwa. Kemudian dari almarhumah Biyah Roji disampaikan cucu anak pertama Hadi Suripto jumlah anak cucu dan cicit mencapai 85 jiwa.
Ketua Panitia Pank Yuwono saat memberikan kata sambutan.
Sedangkan sambutan mewakili tuan rumah sekaligus sebagai ketua panitia oleh Pangk Yuwono yang mengucapkan terima kasih untuk semua panitia penyenggara dan yang hadir pada acara itu. Sungguh suatu wujud kebersaman yang luar biasa .
“Halal bihalal adalah saat yang tepat bagi kita untuk memaafkan mensucikan hati, mempererat persaudaraan mari kita lepas segala dendam dan kesalahpahaman serta membuka lembâran baru dalam hubungan kita,’ujarnya.
Selain itu dia mengharapkan dengan penuh iklas dan ketulusan marilah kita jadikan momen ini sebagai langkah awal untuk menjaga dan mempererat hubungan keluarga kita semoga kebersamaan hari ini menjadi sumber kebahagiaan dan berkah menjadi baik dunia akhirat, tambahnya bersemangat.
SALAM-SALAM PENUH KEHARUAN: Selain menguraikan silsilah dengan salam salaman ini anak cucu dan cicit larut dalam keharuan.
Acara lebih meriah lagi saat salam salaman ada pembagian door prize. Satu persatu naik panggung menuju sesepuh dari dua desa yaitu Limbangan dan Bejiarum bersalaman berpelukan memohon maaf bila ada salah dan hilaf. Tak terasa mereka semua berlinang air mata. Kemudian saat duduk dibagikan makanan ringan atau snack dan makan siang oleh Towiyah, Sini, Latri dan Sisri yang sudah menyajikan makanan dengan bagus, menu khas Wonosobo sambel kentang dan lombok hijau dan ayam yang sangat menggugah selera makan. Menu khas wonosobo tempè kemul juga tidak ketinggalan.
BERHASIL MENJAWAB pertanyaan, Ira mendapatkan hadiah berupa doorprize
Pada pembagian door prize diselingi dengan pemberian pertanyaan sekitar siłsilah keturunan darì Simbah Sahri dan Muhroji ternyata Ira salah seorang yang ikut hadir mendapatkàn hadiah itu dengan senang hati diserahkan oleh Joko Murudan putra almarhum Mardi. Sambil santai mendengarkan alunan musik sholawat Nabi dan campursari yang dipandu oleh tangan terampil cuču cicit almarhum Sahri , Koin Piky Rohman Tuwalno Nardi pemuda yang kreatif.
MEMUKAU: Kalangan muda tak mau kalah mereka unjuk kebolehan dengan menampilkan Seni Tari Lengger yang memukau dan menghibur hadirin semua.
Malam harinya dilanjuutkan dengan Pentas Tari Lengger. Disampaikan sesepùh atau Guru Karawitan Desa Bejijurang Aliasmi yang dengan telaten ngurí-uri (memelihara, Red) budaya tradisional mēnceritakan asal usul Lengger. Kesenian Lengger Banyumas merupakan kesenian yang lahir tumbuh, dan berkembäng di wilayah sebaran budaya Banyumas yang meřupakan daerah agraris dengan mayoritas masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dan bercocok tanam. Hal tersebut menginspirasi lahirnya Lengger Banyumas tahun1755, ujarnya sambil terseyum gembira.
Beliau juga menyampaikan pesan dari Muhammadun agar para pemuda terus berkarya dengan tetap memegang teguh syariat Islam karena ini sebagai amanah dari Mbah Sahri kita, tegasnya. Kegiatan itu cukup membekas di jiwa seluruh peserta yang hadir dan memberikan makna sendiri dalam membangun kekompakan dan kekerabatan hingga terus lestari dari masa ke masa.
Laporan Wartawan: Jamilah
Editor: Sarono P Sasmito