Resti, Mengisi Kemerdekaan Dengan Membekali Kemampuan Baca Tulis Alquran Bagi Keturunan Jawa di Kolong Tol Palindra

HAUS ILMU AGAMA ISLAM: Puluhan anak-anak laki-laki perempuan yang bermukim di dekat kolong Tol Palindra ini haus akan ilmu agama. Mereka tiap sore belajar membaca Alquran di masjid Baitul Ikhlas Desa Tanjung Seteko Kecamatan Indralaya di bawah asuhan Resti dan Dea.

TABLOID-DESA.COM, INDRALAYA OGAN ILIR– Meski letaknya tak jauh dari pusat perkotaan Indralaya Ogan Ilir. Namun lokasinya terkesan tersembunyi. Berada di sebelah kiri ruas toll Indralaya Palembang lokasi Masjid Baitul Ikhlas ini masuk dalam dusun V Desa Tanjung Seteko Kecamatan Indralaya Ogan Ilir Sumatera Selatan. Saat Tabloid Desa berkunjung ke sini harus melewati jalanan yang tidak begitu lebar dari arah perumahan Citra kemudian belok kanan. Saat memasuki wilayah yang banyak didiami perantau asal Pulau Jawa ini bertemu dengan Kirman, seorang petani yang tengah bercakap-cakap dengan petani lain yang tengah panen timun dan terong ungu.

“Sangat memprihatinkan pak kami petani. Harga terong di kebun kami saat ini tak lebih dari Rp3.500 perkilogram. Padahal untuk menanam dan membudidayakannya bukan hal yang mudah di tengah musim kemarau saat ini,” ujarnya.

 

NASIB KETIMUN BUNGKUK: Petani Kirman dan ketimun bungkuk serta terong ungu yang saat ini harganya sangat murah.

Kirman menambahkan bukan hanya petani sayur mayor, komoditas lain juga saat ini harganya cenderung anjlok. Di sisi lain untuk pengolahan, pupuk dan racun pun semuanya mahal. Itulah kondisi ironis yang dihadapi para petani di situ hanya untuk sekedar menyambung hidup.

Di tengah perbincangan, tak sengaja kami mendengar suara riuh anak-anak yang kesannya sedang mengaji. Makin didekati suara anak-anak itu makin jelas terdengar. Ternyata di lokasi itu terdapat masjid Baitul Ikhlas dan tengah terjadi aktifitas belajar mengajar alQuran dipimpin oleh dua remaja putri muda yakni Resti dan Dea temannya. Mahera  Resti Patricia begitu nama lengkap Resti ternyata saat ini masih kuliah di Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sriwijaya (Unsri) di Lebong Siarang. Sementara di depannya terdapat lebih kurang 50 anak-anak laki-laki perempuan yang tengah focus menunggu giliran untuk belajar membaca al-Quran. Sebuah kiprah dua remaja putri yang layak diapresiasi saat peringatan HUT ke-79 Republik Indonesia yang akan diperingati 17 Agustus 2024 mendatang.

 

PEJUANG AGAMA: Resti dan Dea dua remaja putri  yang turut andil mengisi kemerdekaan dengan membina generasi penerus dengan mengajarkan Alquran.

 

Menurut Resti dia dan temanya telah hamper setahun lebih dia memberikan pengajaran baca tulis alQuran di masjid tersebut. Sedangkan ke-50 anak-anak tersebut kebanyakan anak-anak petani asal Jawa yang bermukim di lokasi tersebut. Mereka belajar selepas waktu shalat Ashar sampai menjelang magrib. Sedangkan metode membaca yang mereka gunakan dengan Iqra. Satu persatu peserta didik yang didik berbaris menunggu giliran untuk dapat membaca dan disimak dan dituntun oleh Resti hingga mereka ingat dan hafal bentuk huruf, bacaan hingga makrajnya.

Saat Tabloid Desa meminta waktu untuk memberikan motivasi kepada anak-anak itu mereka juga antusias mendengarnya. Tentang pentingnya pendidikan agama untuk menjalani kehidupan dunia akhirat dengan selamat.

Disinggung mengenai kegigihannya sebagai anak muda yang biasanya masih menyukai kehidupan hura-hura, Resti yang bercita-cita untuk menjadi seorang guru itu merasa tertantang untuk mengajari baca tulis Alquran di pinggiran Desa Tanjung Seteko itu dengan serius dan kontinyu dari hari ke hari.

“Mereka perlu mendapatkan tambahan materi pengajaran alQuran itu. Sebab kalau hanya bertumpu pada jam pelajaran agama Islam di sekolah yang hanya dua jam perminggu banyak dari mereka yang masih buta aksara alQuran,” ujar wanita asal Desa Pulau Kabal Indralaya Utara ini.

Keduanya memiliki dedikasi untuk mengajar anak-anak itu dengan pertimbangan tanpa ilmu agama anak-anak itu akan kehilangan pedoman hidup di tengah kondisi saat ini yang bisa membuat mereka terombang ambing oleh perubahan zaman yang sering mengikis keimanan dan aqidah mereka. Mereka menjalankan semua itu tanpa pamrih sebab anak-anak itu hanya memberikan uang infaq dua puluh ribu rupiah tiap bulan. Dana yang terkumpul untuk beli alat tulis seperti kapur dan ongkos Resti dan kawan-kawan untuk menjangkau lokasi itu. Sedangkan anak-anak yang belajar baik yang belum sekolah SD hingga mereka yang belajar di SD, SMP dan SMA.

“Alhamdulilah berkah rajin mereka banyak yang bisa membaca Alquran sampai juz 10 dan lainnya,” tambah remaja putri ini yang memiliki talenta dan sering menjadi MC acara pernikahan di desanya.

 

AKTIF DI KAMPUS: Sebagai mahasiswi PGSD Unsri Resti pun selalu aktif dalam berbagai kegiatan di kampusnya.

Saat ditanya mengenai keputusannya untuk mengambil profesi guru, menurut dia melihat keadaan pendidikan yang ada di lingkungannya. “Hal itu memotivasi saya untuk bisa berkecimpung dan terjun langsung dalam mendidik anak bangsa. Walau saat ini profesi guru seperti dipandang sebelah mata, tetapi tidak mengurungkan niat saya untuk bisa menjadi bagian dari para guru hebat di luar sana,” tambah putri dari  Budi Triyanto dan Ibu Supiyah ini optimis.

Di samping sebagai bagian dari upaya untuk memperoleh pahala amal jariyah maka di sela kesibukan kuliah selalu dia manfaatkan untuk mengajar ngaji anak-anak tersebut. Dia berharap anak-anak tersebut terus belajar dan istiqomah mengamalkan nilai-nilai Islam untuk kebahagiaan dunia akhirat.

Foto: Dokumen Resti

Teks/Editor: Sarono P Sasmito