Di ujung hari, kami menunduk hening,
menyadari betapa luas kasih bumi yang mendidik kami diam-diam.
Tanah, air, dan daun—semuanya guru,
mengajarkan arti memberi tanpa pamrih,
tumbuh tanpa harus terlihat megah.
Kami datang membawa ilmu,
namun pulang membawa pelajaran:
bahwa kebijaksanaan sering bersembunyi
di balik tangan petani yang sabar,
dan di senyum tulus warga yang percaya.
Di Payakabung, tanah berbisik lembut,
di Lorok, getah karet menetes seperti doa.
Alam menyapa, hati menjawab—
dan di antara keduanya,
lahir harmoni yang menenangkan jiwa.
Maka biarlah pengabdian ini menjadi saksi,
bahwa ilmu tak hanya ditulis di jurnal,
tapi juga di lumpur, di peluh, di harapan.
Kami, para pejalan kecil dari Unsri,
berikrar untuk terus belajar
dari bumi yang tak pernah berhenti memberi.