Tabloid-DESA.com JAKARTA – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo optimistis produk unggulan kawasan perdesaan (Prukades) dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) bakal menjadi lokomotif untuk mengerakkan roda perekonomian perdesaan. Bukan tidak mungkin, jika di masa depan perekonomian nasional bertumpu pada Prukades dan BUMDes.
“Keuntungan BUMDes saat ini memang variatif. Sekarang BUMDes ada untungnya Rp 10 miliar, ada untungnya Rp 10 juta, ada untungnya Rp5 miliar. Jika rata-rata satu BUMDes mengantongi keuntungan Rp1 miliar maka potensinya akan sangat besar,” ujar Menteri Eko saat menghadiri International Confrence Management and Business Science yang digelar Universitas Brawijaya, di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (28/11).
Menteri Eko mengatakan saat ini jumlah BUMDes di seluruh Indoensia mencapai 18.446. Dalam tujuh tahun kedepan ditargetkan terbentuk 75.000 BUMDes di seluruh Indonesia.
“Kalo rata nanti untungnya dengan model ini bisa untung Rp1 miliar saja, 75 ribu BUMDEs kalau dikonsolidasikan, itu kan akan ada consolidated net profit Rp75 triliun kan, itu kan perusahaan kalo untungnya segitu bisa IPO,” katanya.
Dia mengungkapkan Kementeria Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) telah mempunyai strategi khusus untuk mengembangkan BUMDes. Di antaranya dengan mengandeng Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bank pemerintah, hingga kalangan swasta untuk bekerja sama mengembangkan BUMDes.
“Jadi nanti ada penyediaan bibit dan pelatihan untuk petani dari BUMN. Selain itu juga kita kembangkan Mitra BUMDes, sebagai upaya konsolidasi,” katanya.
Selain BUMDes, lanjut Menteri Eko, percepatan perekonomian kawasan perdesaan juga dilakukan dengan mengembangkan cluster ekonomi melalui Prukades. Menurutnya saat ini pengembangan perekonomian kawasan perdesaan tidak bisa dilakukan secara parsial karena skala ekonominya kecil.
“Percepatan ekonomi hanya bisa dibangun kalau kita membentuk desa-desa yang memiliki cluster ekonomi yang skalanya besar. Dengan skalanya besar kita bisa mengajak dunia usaha untuk partisipasi investasi di desa,” ungkapnya.
Dia mengatakan, salah satu contoh keberhasilan membangun kawasan ekonomi ialah di Pandeglang, Banten. Kawasan tersebut saat ini bisa memproduksi jagung di lahan seluas 50 ribu ha. Wilayah tersebut bisa memanen 250 ribu ton jagung sekali panen atau 500 ribu ton jagung dalam setahun dengan asumsi setahun dua kali panen.
“Bayangkan Pandeglang yang PAD-nya cuma Rp 120 miliar masyarakatnya dapat dari jagung Rp 1,5 triliun. Model ini kalau dikloning di tempat lain, sekarang kita sudah coba di 43, tahun depan mudahan-mudahan akan dicanangkan oleh Pak Presiden sebagai gerakan nasional. Kalau ini terjadi maka akan terjadi akselerasi pendapatan atau pertumbuhan ekonomi di desa-desa, ini yang kita mau,” jelas dia.