Ironis, Gemerlap Pesta HUT ke-21 Ogan Ilir  di Tengah Warga Miskin Menyabung Nyawa, Milyaran Dihamburkan, BPJS Gratis Tersendat

FOTO: Dalam momen terlihat dua orang warga Ogan Ilir datang membawa bantuan berupa sembako ke warga miskin bernama Wak Ikk, warga Desa Sejangko I, Kecamatan Rantau Panjang, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Mereka menyapa hangat keluarga ini dan menyerahkan bantuan dengan penuh keikhlasan. Boks sembako itu berisi kebutuhan dasar seperti mie instan, gula, susu, dan beberapa kebutuhan lainnya diberikan yang tentu sangat berarti bagi mereka. -dok. Akun Facebook Musnaini 

TABLOID-DESA.COM,  OGAN ILIR – Tanjung Senai bergemuruh. Ribuan warga memadati pusat pemerintahan Kabupaten Ogan Ilir untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-21 kabupaten ini.

Di atas panggung megah, artis dangdut Dini Fransiska, atau yang lebih dikenal sebagai Dini LIDA, di jadwalkan menghibur masyarakat Ogan Ilir pada pembukaan Ogan Ilir Expo 2025.

Kemeriahan ini akan mencapai puncaknya pada 12 Januari mendatang dengan penampilan Armada Band, yang dijadwalkan menutup rangkaian acara nanti.

Di balik kemewahan, kemeriahan dan hiruk-pikuk kegembiraan, ratusan juta mungkin sampai miliaran rupiah anggaran daerah mengalir demi pesta ini. Pemerintah menyebutnya sebagai wujud syukur atas perjalanan 21 tahun Kabupaten Ogan Ilir.

Namun, di balik gemerlap itu, ada cerita getir nan menyayat hati dari warga miskin di Desa Sejangko I, Rantau Panjang, Ogan Ilir, mencuat lewat unggahan Facebook Musnaini.

Sebuah unggahan di media sosial mengungkap realitas lain yang jauh dari kemeriahan. Musnaini, seorang warga Ogan Ilir, membagikan foto-foto dari Desa Sejangko I, Kecamatan Rantau Panjang.

“Semoga cepat sembuh, Wak Ikk. Kasihan nian, dalam keadaan sakit tinggal di rumah tidak layak huni,” tulisnya di akun Facebook.

Unggahan itu menampilkan kondisi rumah yang nyaris roboh. Dindingnya berlubang, lantainya lapuk, dan atapnya hanya berlapis daun yang bocor saat hujan. Di dapur, keluarga ini memasak dengan kayu bakar menggunakan ketel tua.

Wak Ikk, pria lanjut usia yang sakit-sakitan, hanya bisa terbaring di atas ranjang sederhana. Di sisinya, istrinya yang setia berjuang memastikan mereka bertahan hidup meski dengan keterbatasan.

Unggahan itu segera viral, menyulut reaksi dari masyarakat.

“Untuk artis dan panggung megah ada ratusan juta sampai miliaran rupiah, tapi rakyat kecil terlupakan begini,” ungkap Aldi warga Ogan Ilir, dengan nada getir kepada Tribunepos, Senin (7/1/2024).
Pemilik akun Facebook Musnaini sedang berada di dapur milik warga miskin di Ogan Ilir. -Dok. FB Musnaini

Kisah Wak Ikk hanyalah sepotong dari banyak cerita serupa di Kabupaten Ogan Ilir. Kondisi seperti ini menjadi ironi saat pemerintah kabupaten baru saja menghentikan layanan BPJS gratis dengan alasan defisit anggaran.

Namun, untuk perayaan HUT, anggaran besar tampaknya bukan masalah.

Seorang aktivis lokal, Maman Sopian, menyebut perayaan ini tidak lebih dari sekadar panggung pencitraan.

“Ini jelas prioritas yang keliru. Ketika rakyat miskin kesulitan mendapatkan layanan kesehatan dan tempat tinggal layak, pemerintah justru sibuk berpesta,” katanya.

Masalah kemiskinan di Ogan Ilir memang tak bisa dipandang sebelah mata. Banyak warga masih tinggal di rumah tidak layak huni, dengan akses terbatas ke fasilitas kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan.

Musim hujan menjadi cobaan berat bagi mereka yang hidup di rumah rapuh seperti warga bernama Wak Ikk ini.

Tampak rumah warga miskin milik warga Desa Sejangko I, Kecamatan Rantau Panjang, Ogan Ilir, Sumsel. -Dok Foto FB Musnaini

Ironi di Tengah Kemeriahan

Beberapa masyarakat menilai, kemeriahan HUT Ogan Ilir ke-21 ini sarat nuansa pencitraan.

“Perayaan ini lebih kepada membangun citra pemerintah. Tapi, alih-alih meninggalkan kesan baik, justru melukai hati rakyat,” ujar Taqwa.

Semestinya, HUT Ogan Ilir ke-21 menjadi momen refleksi, bukan sekadar pesta mewah. Kemegahan di Tanjung Senai memang menyenangkan, tetapi apakah suara gemuruh suara rintihan kesusahan hidup masyarakat miskin di ‘bawah panggung’ benar-benar didengar?

Di Desa Sejangko I, Wak Ikk dan istrinya tetap bergelut dengan nasib dengan sangat memprihatinkan.

Perayaan ini, alih-alih menjadi perwujudan syukur, justru mengingatkan betapa jauh jarak antara panggung kemewahan elit pejabat dengan kenyataan pahit rakyat miskin di Ogan Ilir. (Rel Tribunepos)