Tabloid-DESA.com BATURAJA – Harga komoditi karet di tingkat petani yang saat ini anjlok, dirasakan para petani di desa Banuayu Kabupaten Ogan Komering Ulu. Yang mana didaerah ini harga karet mingguan hanya sebesar Rp6700 per kilogram, turun sebesar 3.300 rupiah, dari harga awalnya bekisar Rp 10 ribu lebih.
Suyono (51) penyadap karet mengeluhkan turunnya harga karet saat ini. Penurunan sudah terjadi berkali kali di bulan-bulan ini.
Suyono mengatakan, bahwa harga karet yang turun saat ini bukan karena harganya ditentukan para pengepul, tapi merata setiap daerah.
Harapan mereka agar pemerintah segera turun tangan agar bisa mensubsidi harga karet tersebut.
Petani mengharapkan harga karet perkilonya tidak pecah dari Rp 10.000. Apalagi kebutuhan harga pangan semakin tinggi menjelang bulan puasa. Mereka sangat berharap agar pemerintah daerah kabupaten dan provinsi bisa mensetabilkan harga karet.
Sementara itu, awal April lalu Wakil Ketua Komisi II DPRD Sumatera Selatan Budiarto Marsul menyatakan kalau sekarang ini harga karet masih turun sehingga masyarakat menderita.
“Sekarang ini harga karet masih turun dan itulah faktanya,” kata Budiarto Marsul saat ditanya mengenai harga karet yang sekarang ini kembali turun di Palembang, Rabu (5/4) awal April lalu.
Menurut dia, harga karet ini terkait dengan harga pasaran dunia dan mempunyai pesaingan yang cukup banyak.
“Kondisi seperti ini sudah terulang sehingga masyarakat sangat menderita. Kita ingin melihat langkah-langkah yang akan diambil pemerintah,” katanya.
Sementara Kepala Dinas Perkebunan Sumsel, Fahrurrozi mengharapkan, petani di daerah itu agar bisa meningkatkan kualitas hasil karet rakyat, sehingga harganya walaupun turun tidak terlalu signifikan.
“Sekarang ini yang bisa dilakukan oleh petani dengan meningkatkan kualitas karet rakyat supaya harganya walaupun turun tidak terlalu rendah,” ujarnya.
Ia mengatakan, harga karet ini pasar yang menentukan bukan kita, karena itu petani diharapkan menggunakan bahan pembeku yang dianjurkan.
Kemudian, lanjutnya petani juga supaya dalam satu kelompok unit pengolahan dan pemasaran bokar (UPPB) dan dalam melakukan penjualan jangan sendiri-sendiri, tetapi secara berkelompok dengan mengundang pabrikan untuk datang melakukan penawaran sistem lelang.
Kalau menjual sendiri-sendiri rantainya panjang, tengkulak tentunya mau untung besar, sehingga bisa menurunkan harga di tingkat petani.
Harga karet kemarin sesuai pantauan di pelelangan masih sekitar Rp10 ribu perkilogram untuk yang bersih, sudah dibekukan dengan bahan baku anjuran, tidak direndam dan sesuai dengan standar, ujarnya.
Sementara, produksi perkebunan karet Sumsel dari 1,095 juta ton pada tahun 2015 sedikit menurun menjadi 966.489 ton pada tahun 2016, kata Wakil Gubernur Sumatera Selatan Ishak Mekki.