Sampah kita pahami sebagai suatu benda sisa yang mungkin berbentuk pembungkus makanan, sisa barang, sisa makanan, atau benda yang sudah tidak berguna bahkan tidak di pakai lagi karena rusak dan sebagainya. Meski sampah identik dengan sisa makanan, namun banyak juga makanan sampah atau yang disebut junk food yang justru adalah makanan favorit masyarakat. Junk food mungkin istilah berbeda dari sampah pada umumnya, namun kenyataannya tetap saja menghasilkan sisa yang menjadi sampah.
Pemahaman kata sampah juga terkadang di gunakan secara luas, misalkan “sampah masyarakat”. Meski kata ini lebih pada istilah yang menunjukkan seseorang atau golongan tertentu, yang “terbuang” dan tidak bisa diterima masyarakat secara luas. Katakanlah gerombolan pelaku kriminal atau seseorang yang secara pribadi karena perbuatannya tidak diterima masyarakat umum.
Sampah kini menjadi ancaman serius di kota-kota besar. Sampah-sampah menumpuk seiring berkembang luasnya jumlah penduduk dan banyaknya perkampungan. Tidak heran, sampah kemudian menutup danau-danau dan sungai. Hingga mengotori pemukiman, bahkan sebaliknya Kawasan yang dipenuhi sampah menjadi pemukiman baru warga.
Negara-negara maju menjadikan sampah ancaman serius bagi mereka. Tidak heran, negara maju malah mengekspor sampah ke negara dunia ketiga. Sebaliknya, beberapa negara ketiga termasuk Indonesia, dengan “ikhlas” menerima sampah-sampah tersebut yang dengan optimis bisa mengelolanya menjadi barang berharga. Contohnya Cina, rongsokan elektronik computer yang terkumpul ternyata bisa di olah kembali menjadi perangkat-perangkat baru, yang harganya dua hingga tiga kali lipat dari asalnya. Chip yang mereka kumpulkan, atau perangkat keras yang ternyata masih bisa di olah kembali, menjadi mainan elektronik yang dijual ke negara lainnya.
Ada yang lebih ekstrem. Kondom atau alat pengaman seksual yang sudah di gunakan malah di ekspor ke Indonesia. Yang kata kondom yang kotor dan jorok tersebut, bisa diolah kembali menjadi produk-produk tertentu. Subhanallah…
Mari berfikir positif, sebelum menyalahkan satu dengan lainnya. Ternyata, sampah justru memberi nilai manfaat dan bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Sampah yang semakin banyak, memberi peluang bagi masyarakat untuk menjadi pekerja kebersihan. Berapa banyak perusahaan yang mempekerjakan orang untuk menjadi cleaning service di perusahaan tertentu, berkat sampah dan kebersihan.
Pemerintah juga berusaha membersihkan kotanya dengan menyewa para petugas kebersihan jalan, atau pasukan kuning. Ratusan orang mendapat pekerjaan baru, membersihkan jalan-jalan utama kota. Mereka yang memiliki jiwa bisnis, kemudian membuka usaha pengumpulan barang bekas yang nilai omset nya hingga ratusan juta rupiah. Para “sales” rongsokan kemudian berkeliaran dari satu tong sampah ke tong sampah lainnya.
Artinya, sampah menjadi emas bagi sebagian warga yang memahami sampah tersebut. Hasil usaha perdagangan “sampah” telah mencukupi rezeki keluarga mereka. Tidak ada pekerjaan hina di dunia, asalkan di peroleh dari hasil yang halal dan tidak merugikan orang lain. Pahala bagi mereka juga berlimpah, karena membantu masyarakat yang resah akibat sampah ini.
Mari kita berfikiran positif lagi, dan mencoba jangan iri hati dengan hasil yang didapatkan saudara-saudara kita yang telah membantu membersihkan sampah. Menghargai dan menghormati orang lain dengan cara terbaik, yakni dengan memperlakukan sampah dengan bijaksana.