Tabloid-DESA.com JAKARTA – Salah satu masalah pembangunan pertanian dan ketahanan pangan kedepan adalah semakin berkurangnya minat generasi muda terjun dibidang pertanian. Kondisi ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja dan harus dicari solusinya.
Salah satu solusi adalah mengajak generasi muda, khususnya mahasiswa untuk mau terjun menekuni usaha pertanian.
“Kalian adalah generasi muda pengganti dan penerus kita, kita yang ada disini 5-10 tahun lagi akan pensiun, ” kata Agung Hendriadi, Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan) ketika memberikan Kuliah Umum dihadapan ratusan mahasiswa/i Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) diauditorium Kementan, Rabu (30/11).
“Siapa lagi yg akan meneruskan perjuangan petani jika tidak kalian. Saya berharap kalian yang akan meneruskannya sehingga petani bisa lebih sejahtera,” tambah Agung membakar semangat mahasiswa.
Apa yang dikatakan Agung sangat beralasan, karena
menurut BPS, penyerapan tenaga kerja pertanian cenderung menurun tajam dan jumlahnya cukup signifikan yaitu 33,51%, disusul perdagangan (22,54%), jasa (16,54%), dan sektor industri (13,12%).
Untuk memotivasi generasi muda mau terjun keusaha pertanian, Kementerian Pertanian telah melakukan
modernisasi pertanian, antara lain dengan memberikan alat dan mesin pertanian, pembangunan infrastruktur, pembangunan embung dan berbagai fasilitas lainnya.
“Kami mengajak anak-anak muda terjun ke usaha pertanian. Dengan pendidikan yang lebih baik dan teknologi yang dikuasai, pertanian kedepan sangat menjanjikan bagi generasi muda,” kata Agung bersemangat, memotivasi mahasiswa.
Agung juga menjelaskan, dalam upaya mensejahterakan petani, pihaknya telah melakukan berbagai terobosan kebijakan, salah satunya stabilisasi pasokan dan harga bahan pangan melalui program Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat, menumbuhkembangkan Toko Tani Indonesia (TTI) dan Toko Tani Indonesia Center (TTIC), menggelar bazar murah, dan operasi pasar bersama Bulog.
“Keseluruhan upaya tersebut bertujuan, agar semua pihak yg terlibat dalam pembangunan pertanian, khususnya petani semakin sejahtera,” kata Agung.
“Dengan cara tersebut, produsen/petani untung, pedagang mendapatkan harga yang wajar,dan konsumen tersenyum,” tambah Agung, yang mendapat antusiasme mahasiswa STPP.