Tabloid-DESA.com OGAN ILIR – Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, tidak ingin petani kehilangan pekerjaan karena kemajuan teknologi. Bahkan, Mentan mengajarkan Julia, salah satu ketua kelompok tani untuk menjadi operator Combine Harvester (mesin panen padi).
Dari pantauan detikcom, Julia (53) terlihat santai saat Mentan mengajaknya langsung untuk menjadi operator. Dengan adanya kemampuan menjadi operator mesin panen padi ini, Mentan berharap petani tidak hanya menjadi penonton.
“Sebenarnya tidak susah jika mau belajar, buktinya bu Julia sekali saja udah bisa mengemudikan ini. Saya tidak mau petani kehilangan pekerjaan dengan adanya kemajuan teknologi,” terang Amran Sulaiman kepada wartawan di Ogan Ilir, Kamis (12/10).
Ditambahkan Amran, jika biasanya petani upahan melakukan panen secara manual dengan sabit hanya mendapatkan Rp 50.000/ hari. Dengan keberadaan Combine Harvester petani akan mendapatkan Rp 150.000/hari.
Dengan demikian kesejahteraan akan semakin dapat dirasakan secara adil oleh pemilik lahan dan petani itu sendiri. Terlebih ini pemerintah melalui Kementan menyediakan dua unit Combine Harvester untuk digunakan oleh kelompok tani rawa lebak.
“Kita kasih dua alat traktor untuk panen padi langsung hari ini, jadi kelompok tani memiliki alat sebagai bantuan Kementan. Sementara itu pemilik lahan dapat bantuan benih dan petani tidak kehilangan pekerjaan karena ada teknologi panen dengan mesin,” sambungnya.
Selain dijadikan sebagai lahan tanam padi, lahan rawa lebak yang mengalami pasang surut air juga akan dijadikan lahan pertanian lain, di mana di antara tanggul-tanggul sebagai pembatas debit air akan dijadikan untuk bercocok tanam cabai dan sejenisnya.
Sedangkan untuk wilayah perairan akan ditebarkan benih ikan dan gondang untuk tambahan penghasilan.
Sementara itu, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Pending Dadih Permana menambahkan, 400 ha lahan persawahan rawa lebak awalnya hanya digunakan masyarakat untuk satu kali tanam dalam setahun. Namun, melalui teknologi tanggul dapat memaksimalkan hasil pemanfaatan lahan.
“Saat ini ada 400 hektare lahan yang akan dilakukan teknologi tanggul dengan mengeluarkan air di lahan suboptimal lahan rawa pertanian. Konsepnya, lahan rawa pasang surut ini dipasang tanggul agar dapat membatasi debit air dan mengeluarkan jika berlebih menggunakan pompa,” ujar Pending saat menghadiri panen padi di lahan rawa Lebak, Kamis (12/10).
Menurutnya Pending, penerapan teknologi ini sudah dimulai sejak awal tahun 2015 lalu, dengan membangun tanggul di lahan seluas 400 ha yang terbagi menjadi dua bagian. Terbukti dengan konsep ini petani dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang biasanya hanya untuk satu kali tanam menjadi tiga kali.
Meskipun, pada awalnya masih banyak pola pikir masyarakat di lahan suboptimal yang tidak mau lahanya dilakukan pembuatan tanggul. Bahkan ada beberapa kelompok yang meminta biaya ganti kerugian lahan dan merasa sudah cukup dengan satu kali tanam.
“Sebenarnya pola fikir masyarakat ini yang kemarin sulit saat akan dilakukan pembangunan tanggul dan ada yang minta ganti rugi meskipun hanya beberapa pemilik lahan. Padahal ini untuk kepentingan mereka sendiri, tapi ada juga masyarakat yang berfikir cukup satu kali tanam dalam setahun,” tutur Pending.