Tabloid-DESA.com PALEMBANG – Direktorat Jendral Multilateral, Kementrian Luar Negeri yang diwakili oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Kenya dan UNEP, Sunu Soemarno menggagas pertemuan dengan Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Plt Sekda Pemprov Sumsel) Joko Imam Sentosa membicarakan ‘Penguatan Diplomasi Sawit Indonesia dalam Forum Multilateral’ di Auditorium Bina Praja, Selasa (18/07).
Joko Imam Sentosa mengatakan, perkebunan kelapa sawit merupakan komodits strategis karena mempunyai peran penting dalam pertumbuhan ekonomi juga menciptakan kesempatan dan lapangn kerja.
“Perkebunan Kelapa Sawit juga merupakan langkah strategis untuk pemanfaatan lahan kritis yang bermanfaat bagi lingkungan serta bisa memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan serta penghasil devisa dari ekspor,” jelasnya seperti diberitakan laman detak-palembang.com.
Ia melanjutkan, Sumsel memiliki tiga komiditi utama yakni, Karet, Kelapa Sawit dan Kopi dan mempunyai tantangan tersendiri terutama dalam peremajaan tanaman. Untuk meremajakan tanaman perkebunan diperlukan biaya yang cukup besar dan kemampuan finansial petani kurang memadai.
“Untuk tanaman kelapa sawit rakyat, khusunya plasma dalam lima tahun kedepan minimal perlu diremajakan seluas 56 ribu hektar. Diharapkan peremajaan kelapa sawit rakyat tidak banyak mengalami hambatan,” harapnya.
Ditambahkannya, menjadi tantangan saat ini adalah peremajaan perkebunan baik kelapa sawit, karet maupun kopi. Selain peremajaan ia mengatakan tantangan yang dihadapi adalah peningkatan produksi dan produktifitas serta mutu dari hasil perkebunan tersebut.
“Dibandingkan dengan hasil penelitian ataupun dibandingkan dengan negara-negara pesaing, potensi peningkatan produksi, produktilitas dan mutu hasil perkebunan masih sangat memungkinkan. Diperlukan peningkatan SDM petani, intensifikasi kebun petani dan bantuan infrastruktur jalan produksi kebun petani,” katanya.
Dijelaskannya, dalam kancah internasional, Indonesia sebagai penghasil minyak sawit terbesar didunia menghadapi berbagai tuduhan, antara lain telah merusak hutan atau deforesisasi, penyebab kabut asap, penghasil emisi gas rumah kaca dan lain sebagainya.
“Kita berkeyakinan bahwa Kelapa Sawit di Sumsel tidak ditanam dari penebangan hutan primer, namun ditanam di lahan yang telah terdegradasi atau rusak, gundul, alang-alang, maupun semak belukar. Kebakaran pada perkebunan kelapa sawit juga sangat kecil, karena merupakan investasi besar yang harus dijaga,” urainya.
Sementara, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Kenya dan UNEP, Sunu Soemarno mengungkapkan perkebunan Kelapa Sawit Indonesia proyeksinya cukup bagus. Oleh karena itu, dirinya dan pihak terkait lainnya berusaha melawan kampanye-kampanye negatif mulai dari permasalahan HAM, Perkebunan Kelapa Sawit merusak alam serta merusa habitat orang utan.
“Banyak sekali tuduhan-tuduhan dan kampanye hitam yang ditujukan kepada pelaku perkebunan Kelapa Sawit. Ini yang harus kita luruskan dan kita benahi serta menjadi tanggung jawab kita bersama. Saat ini lahan perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia 55 persen milik perusahaan dan 45 persen milik rakyat ada yang plasma ada yang belum, jadi mari kita bangun bersama opini-opini yang positif dan bertekad bahwa perkebunan Kelapa Sawit ini bisa menunjang perekonomian Indonesia,” ungkapnya.