Pak Guru Desa Kami

Seorang guru mengajar dua kelas sekaligus di ruangan terbuat dari bambu di SD Negeri Girijagabaya, di Kampung Sinarjaya, Muncang, Lebak, Banten, Rabu (27/11). Banten merupakan provinsi ke-6 terbesar nilai APBD-nya yang saat ini mencapai Rp 6,3 triliun/tahun. ANTARA FOTO/Asep Fthulrahman/ss/mes/13

AZIZ KAMIS

Tabloid-DESA.com – Pagi Nan cerah, para petani masih berada diteras rumah masing-masing. Cangkul, keranjang, dan topi caping tergeletak rapi didepan halaman. Sawah dan kebun seakan memanggil untuk menantang teriknya matahari siang nanti.  Dari arah hulu desa, sepeda motor pak guru meniti jalan desa yang bergelombang. Sapaan akrab dan hangat hampir setiap saat menyahutinya dari warga desa.

Mungkin inilah gambaran keberadaan guru yang tinggal di desa terpencil dalam kesederhanaannya. Lokasi tempat mengajarnya puluhan kilo meter dari desa yang dia tinggali, tetapi tidak menghentikannya untuk menjalankan tugas utamanya mendidik para anak-anak desa.

Pada sore hari, sepeda motor pak guru lewat lagi. Kini pakaian dan sepatu yang tadi rapi, bersih, dan mengkilap berubah pudar. Debu jalanan turut menyapa pak guru yang ramah, ditengah lelahnya bertugas. Kembali sapaan akrab dan sahutan penuh ramah tamah terdengar sahut menyahut dari para penduduk desa.

Malam harinya, rumah kepala desa dipenuhi oleh warga setempat. Mereka menantikan kedatangan pak guru, lantaran akan melaksanakan musyawarah desa. Tanpa kehadiran pak guru, musyawarah desa kurang afdhol. Karena dari beberapa orang warga yang sudah memegang gelar sarjana, hanya pak guru saja yang “rasanya” pemikiran dan pendapatnya lebih mudah dipahami.

Keadaan seperti ini bakalan sulit tidak akan ditemui di perkotaan. Karena guru di kota tidak jauh berbeda dengan profesi lainnya. Dikota banyak tokoh intelektual yang berasal dari kampus-kampus terkemuka, banyak pendidik-pendidik yang memiliki skill lebih tinggi. Hingga seorang guru dianggap sebagai bagian kecil dari tokoh intelektual yang lebih terdidik lainnya.

Demikian pentingnya tokoh guru di pedesaan, hingga sewajarnya guru desa harus memiliki berbagai keahlian dan pengetahuan yang mencukupi. Tidak hanya kepala desa, masyarakat desa akan bertanya berbagai hal kepada guru. Tokoh intelektual desa ini, seharusnya memanfaatkan kesempatan itu agar dapat membangun desanya lebih aktif, bahkan lebih sejahtera.

Tidak heran, banyak ditemui beberapa orang guru yang kemudian beralih profesi, sebagai kepala desa, pelaku bisnis yang sukses, anggota DPRD, Bupati, Wali kota, bahkan Menteri. Namun, alangkah baiknya jika ditengah kecemburuan perbedaan antara guru desa dengan guru kota, mampu memberi semangat pak guru dalam membangun desanya.

Banyak cara yang dapat dilakukan, seperti mendorong dana desa agar dibuatkan koperasi, BUMDes, sekolah, dan lainnya. Memberi kesadaran dan mencerdaskan masyarakat desa, lewat program desa vokasi dan lain sebagainya. Untuk para guru, terima kasih kami. Wassalam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *